Tutup Iklan
Politik

Rayakan HUT RI Dengan Cara Berbeda, Ini yang Dilakukan Garnita Malahayati Nasdem Jakarta

275
×

Rayakan HUT RI Dengan Cara Berbeda, Ini yang Dilakukan Garnita Malahayati Nasdem Jakarta

Sebarkan artikel ini

Berita, Jakarta – Ketua OKK DPW Garda Wanita (Garnita) Malahayati Nasdem Provinsi DKI Jakarta Yanti Haryanti Adi melakukan perayaan kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 2021 dengan cara berbeda yakni dengan melakukan perjalanan Napak Tilas ke Maqom Waliyulah (Makam Panglima) Pangeran Aria Wira Asmara Putra Sultan Abd. Mufakhir Mahmud Abdul Qadir dan Pangeran Pringgalaya Putra Sultan Maulana Yusuf yang berada di Banten Lama Serang.

Sebelum melakukan perjalanan tersebut dirinya memastikan bahwa anak buah yang akan menemani selama perjalanan telah mengantongi Kartu Vaksin Covid. Selanjutnya perjalanan tersebut dimulai pukul 12.30 pagi.

Berita Ini Di Sponsorin Oleh :
Scroll Ke Bawah Untuk Lihat Konten

“Sepanjang perjalanan banyak asma Allah yang dilafalkan untuk menemani perjalanan, karena ini kali pertama saya melakukan perjalanan ke Maqom Waliyulah selama pandemi Covid-19,” ujar Yanti melalui keterangan tertulisnya kepada IBC di Jakarta, Kamis (19/8/2021).

Yanti menjelaskan setelah tiba di Maqom tersebut jam 05.30, dirinya beserta rombongan disambut oleh keturunan Putra Syekh Maulana Yusuf yang bernama Abah Uyut Tubagus Raden Nicko Sarante yang juga sebagai Ketua Umum DPP Padepokan Buhun Banten, Ketua Tjimande Tari Kolot Kebon Jeruk Ilir (TTKKDH) Provinsi DPW 1 DKI Jakarta.

“Hal pertama yang dilakukan adalah minta izin melakukan shalat Subuh di Masjid dekat Maqom Waliyulah setelah itu dilanjutkan dengan membersihkan diri dengan mandi dan tirakat di dalam Masjid,” jelas Yanti.

Selanjutnya Yanti menyampaikan ketika siang hari, berziarah keliling Maqom dengan menabur bunga dan air Mawar sebagai bentuk kecintaan kepada para pendahulu bangsa yang telah menjaga Bangsa Indonesia di Tanah Banten Lama Serang.

Setelah melakukan tabur bunga, dirinya menyatakan berdoa agar Partai Nasdem yang diayomi melalui sayap Partai Nasdem yakni Garda Wanita (Garnita) Malahayati Nasdem agar semua pengurus partai dan jajarannya untuk lebih memahami silsilah atau sejarah bangsa Indonesia tidak hanya di Banten, tetapi tersebar di seluruh Indonesia.

“Bangsa yang besar tidak akan pernah melupakan sejarah bangsa,” tegas Yanti.

Lebih lanjut Yanti menuturkan berawal dari Bantenlah dirinya berharap seluruh pengurus Garnita Malahayati Nasdem bisa menginventarisir Maqom bersejarah yang akan diziarahi selanjutnya.

Tidak lupa Yanti memberikan rasa kagum kepada Abah Uyut Tubagus Raden Nicko Sarante dengan memasak secara langsung persiapan buka puasa untuk abah dan para santri yang setia mengikuti.

“Semua ritual dan aktivitas telah dijalankan dengan baik,” tuturnya.

Kemudian Yanti mengatakan bahwa Abah Uytt memanggil dirinya tepat pukul 22.30 untuk ikut serta dalam doa bersama di dalam Maqom Waliyulah Pangeran Aria Wira Asmara Putra Sultan Abd. Mufakhir Mahmud Abdul Qadir dan Pangeran Pringgalaya Putra Sultan Maulana Yusuf.

“Saya sangat senang karena diminta secara langsung untuk mendoakan waliyulah tersebut, dengan bermodalkan tekad yang bulat tibalah dirinya beserta seluruh santri abah uyut melantunkan doa-doa agar Covid-19 segera berlalu dan bangsa Indonesia Tangguh dan Indonesia Tumbuh menjadi bangsa yang besar dan zikir sambil merasakan aura yang sangat besar berada di dekat Maqom,” kata Yanti.

Setelah tiga jam melakukan doa-doa dan zikir, dirinya beserta rombongan diperbolehkan meninggalkan Maqom Waliyulah tersebut.

Kemudian Yanti kembali mengatakan di bale/dipan dekat pepohonan Mangga, Abah Uyut Tubagus Raden Nicko Sarante menjelaskan asal usul Maqom dan manfaatnya. Setelah mendengarkan apa yang dijelaskan oleh Abah Uyut Tubagus Raden Nicko Sarante dirinya mengerti dan memahami apa yang telah disampaikan.

“Semoga Maqom Waliyulah dapat dilestarikan,” harap Yanti.

Terakhir Yanti menyatakan tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari, sudah saatnya kami pamit kepada Abah Uyut Tubagus Raden Nicko Sarante dan para Santri untuk meninggalkan Maqom Waliyulah dan minta didoakan agar selamat dalam perjalanan pulang.

“Ini adalah cerita yang bisa saya bagikan kepada para pembaca bahwa merayakan kemerdekaan 17 Agustus tidak harus dengan perayaan ceremony dan lomba-lomba tetapi bisa mencoba dengan cara berbeda yang saya lakukan,” tutupnya seraya bercerita. (EK | RED)