Penulis : Jufita Ferdiana Putri (Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo)
Baru kemarin saya dapat materi kuliah tentang literasi finansial dalam mata kuliah Literasi Perspektif Global, yang membahas tentang pentingnya literasi finansial di era globalisasi saat ini. Literat dalam mengatur keuangan dan pemasukan juga menjadi pembahasan dalam materi kali ini, namun yang menyita perhatian saya adalah pembahasan tentang sandwich generation. Dalam materi tersebut dipaparkan bahwa literasi digital penting untuk mengurangi generasi sandwich saat ini yang menjamur di masyarakat dari generasi ke generasi.
Dalam realita kehidupan di lingkungan yang saya lihat, anak anak generasi saat ini juga banyak yang memikul beban menjadi generasi sandwich. Selain karena faktor ekonomi, juga melibatkan persepsi masyarakat yang menganggap anak adalah aset tua yang bisa diandalkan untuk merawat masa tua mereka. Orang tua cenderung menganggap bahwa kewajiban seperti ini adalah lumrah terjadi, karena bentuk baktinya terhadap orang tua. Padahal nyatanya banyak anak yang terbebani dengan tanggung jawabnya. Mereka tidak bisa bebas melakukan suatu hal, atau sekedar membeli keinginan untuk dirinya sendiri.
Lalu apakah Sandwich Generation itu?
Dorothy Miller adalah Professor sekaligus direktur praktikum di Universitas Kentucky, Lexington, Amerika Serikat (1981) yang memperkenalkan istilah Sandwich Generation dalam jurnalnya yang berjudul “The Sandwich Generation: Adult Children of The Aging”. Sandwich Generation sendiri adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang yang memikul beban ekonomi keluarga. Dari tiga generasi secara bersamaan, yaitu generasi orang tuanya, anak anaknya dan dirinya sendiri. Hal ini disebabkan karena, keadaan ekonomi keluarga yang bertumpu pada satu orang saja, sehingga Sandwich Generation diibaratkan sepotong daging yang terhimpit dalam dua buah roti, artinya terjepit dalam dua generasi yang membutuhkan perhatian dan bantuan finansial ekonomi untuk menunjang kesejahteraan mereka.
Generasi Sandwich dapat terjadi kepada seseorang, baik perempuan ataupun laki laki, yang mempunyai umur 30 sampai 40 tahun. Tapi ada juga yang menyebutkan dari umur 30 tahun sampai 50 tahunan. (Rita, dkk 2023). Ada juga yang berumur 20 sampai dengan 30 tahun. Hal ini karena mereka mempunyai tanggung jawab membiayai orang tuanya dan juga kakak-adiknya, bahkan tak jarang mereka juga membiayai kehidupan saudara jauhnya yang lain terlepas dari saudara sekandung.
Sandwich Generation menjadi momok yang menakutkan bagi yang mengalaminya, sebab mereka sadar bahwa kerja kerasnya selama ini tidak untuk dirinya sendiri. Ada kewajiban tidak tertulis untuk membiayai mereka yang menjadi tanggunganya. mereka akan memforsir dirinya sendiri untuk bekerja keras dan melampaui ekspektasi demi memenuhi kebutuhan orang yang bergantung padanya. Dengan begitu Sandwich Generation akan merasa bahwa tanggungan yang ia pikul dapat cepat membuahkan hasil dengan memforsis tubuhnya sendiri. Saat ini generasi sandwich sering dijumpai dari berbagai konsep dan tipe keluarga lain seperti keluarga tradisional maupun modern. Konsepnya sama yakni mereka harus mencari cara untuk memenuhi kebutuhan keuangan. Mereka juga berjuang untuk menyeimbangi kebutuhan kedua generasi, seperti membiayai kebutuhan hidup, biaya pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan tersier lainya.
Generasi Sandwich banyak mengalami stress dini. Tuntutan dari berbagai pihak, juga memenuhi ekpektasi merekalah pemicu strees tersebut. Banyak dari mereka mengalami gangguan kecemasan akibat terlalu sering dilanda cemas, untuk mengikuti standart kebahagian mereka. Dampak negative dari Generasi Sandwich juga dapat menyebabkan depresi dan kelelahan emosional karena beban peran ganda yang mereka jalani selama ini. Generasi Sandwich juga rentan terhadap emosional yang tidak stabil, perasaan bersalah, sedih, kesepian, pelupa, kehilangan konsentrasi, dan kesehatan mental yang lainya. Selain kesehatan mental yang menjadi dampak negative dari Sendwich Generation, juga berdampak pada kesehatan fisik mereka, pola hidup yang tidak sehat akibat kurangnya waktu untuk diri sendirilah yang memicu terhjadinya penyakit jantung dan juga hipertensi. Kurangnya waktu untuk diri sendiri juga mengakibatkan hilangnya hobi, rasa empati pada diri sendiri, dan kurangnya istirahat, dapat menimbulkan masalah masalah lain yang serius.
Faktor utama penyebab lahirnya generasi sandwich adalah minimnya literasi keuangan. Banyak orang tua yang tidak mempersiapkan dana pensiun sehingga anak perlu membantu memenuhi kebutuhan hidup. Padahal anak tersebut sudah memiliki tanggung jawab pada keluarganya sendiri. Orang tua membebani anak dengan segudang tanggung jawab finansial yang harus dipenuhi untuk memenuhi keberlangsungan hidup keluarganya, Orang tua sering kali membesarkan anaknya dengan harapan agar si anak, ketika dewasa bisa menghasilkan uang dan menjadi sumber pemasukan dimasa tuanya kelak. Padahal salah besar, anak adalah tanggung jawab orang tuanya sendiri yang memilih mereka hadir ke dunia, untuk melengkapi kebahagiaan keluarga kecil mereka. Seharusnya tanggung jawab itu sepenuhnya diberikan pada mereka tanpa mengharap imbalan lainya.
Anak seharusnya bebas memilih kehidupan mereka sendiri tanpa harus terbebani dengan tanggung jawab melelahkan berlebel berbakti kepada orang tua. Anak mampu menyiapkan kehidupanya kelak dengan layak, tanpa takut orang tuanya tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka juga dapat membangun keluarganya sendiri tanpa membagi bagi penghasilan dengan membiayai orang tua. Menyisihkan keuangan untuk hari tuanya juga termasuk menghindari lahirnya Generasi Sandwich baru.
Untuk menghindari Generasi Sandwich banyak cara yang dapat dilakukan seperti mencatat pengeluaran dan pemasukan, baik membeli barang kebutuhan atau hanya barang yang bukan kebutuhan. Serta mencatat pemasukan yang didapatkan, agar mengetahui berapa jumlah pendapatan untuk biaya bulan ini. Menabung atau investasi jangka panjang juga diperlukan untuk jaminan masa tua nanti, sehingga tidak membebankan kepada anak kelak dan tidak menciptakan Generas Sanwich baru. Usahakan jika sedang terjebak dalam Generasi Sandwich, untuk membagi beban ini kepada keluarga lain, atau saudara lainya, agar bisa menganggung sama sama kebutuhan keluarga, dengan begitu beban finansial pun bisa sedikit berkurang. Sehingga tidak harus menanggung beban yang terlalu berat untuk membiayai kehidupan. Dan bisa digunakan untuk dirinya sendiri sebagian pendapatannya.
Jadikan tujuan keuangan pribadi seperti prioritas, mengapa demikian? Kerena Sandwich Generation kebanyakan hanya berfokus untuk memenuhi kebutuhan, dan kesejahteraan keluarganya saja, sedangkan kesejahteraan diri sendiri sering kali abai. Jika hal ini sering kali terjadi berulang ulang. Maka Generasi Sandwich baru akan kembali lahir. Jadi persiapkan diri sedari dini untuk tujuan keuangan jangka panjang pribadi sebagai salah satu cara melindungi anak anak kita kelak terbebas dari Generasi Sandwich. Selain mempersiapkan untuk anak anak di masa depan, hal ini juga meningkatkan rasa aman dan berdaya dalam menghadapi kebutuhan keuangan kelak di masa depan.
Kita tentu tidak mau anak kita menjadi salah satu dari Generasi Sandwich berikutnya. Jadi mulailah dengan hal hal kecil, untuk tidak membuang buang uang untuk keperluan yang memang tidak kita butuhkan. Batasi diri dengan pemakaian yang tidak perlu, dan menabung atau investasi adalah yang utama. Mari bertekat untuk tidak meneruskan warisan Generasi Sandwich ini untuk generasi kita selanjutnya.
(*) Tulisan opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi beritaraya.id