Fakta ini menunjukkan betapa tingginya biaya politik yang harus di keluarkan oleh para calon kepala daerah demi mendapatkan dukungan partai politik.
Situasi ini, menurut Ujang, menghambat kesempatan bagi orang-orang yang memiliki pendidikan dan pemikiran yang bagus untuk ikut bertarung dalam pilkada.
“Kalau hal seperti ini terus terjadi, maka orang yang memiliki pendidikan dan memiliki pemikiran yang bagus akan sulit untuk bertarung,” ujarnya.
Ia menyoroti bahwa kondisi ini mereduksi kesempatan anak bangsa yang berprestasi untuk berkompetisi dalam dunia politik.
Selain itu, Ujang juga mencatat bahwa ada beberapa anak muda yang di paketkan dengan calon gubernur karena kedekatannya dengan petinggi partai.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor kedekatan personal masih sangat mempengaruhi penentuan kandidat dalam pilkada.
Menurut Ujang, situasi seperti ini tidak hanya mereduksi kualitas demokrasi tetapi juga membatasi ruang gerak bagi kandidat yang potensial namun tidak memiliki akses finansial yang besar.(*)
