Tutup Iklan
Nasional

Bengkaknya Utang BUMN, Relawan Jokowi: Akibat Pemerintahan Masa Lalu

91
×

Bengkaknya Utang BUMN, Relawan Jokowi: Akibat Pemerintahan Masa Lalu

Sebarkan artikel ini

JAKARTA, Berita Raya – Menyikapi menumpuknya utang PT Krakatau Steel sebagai perusahaan milik negara, tentu tak terlepas dari pemerintahan masa lalu yang mewariskan noda hitam.

Sehingga pemerintahan sekarang mencuci piring kotornya. Demikian juga yang disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir (2019-2019) bahwa ia mengendus adanya indikasi korupsi dibeberapa perusahaan milik negara seperti di PT Perkebunan Negara (PTPN), dan PT Krakatau Steel (KS).

Berita Ini Di Sponsorin Oleh :
Scroll Ke Bawah Untuk Lihat Konten
Terkait hal itu, Kornas-Jokowi melalui Sekretaris Jenderalnya, Akhrom Saleh menyampaikan bahwa endusan Menteri BUMN khususnya Krakatau Steel tentu berkaitan erat dengan pemerintahan dimasa lalu,

“Saya kira banyaknya utang BUMN tak terlepas dari warisan masa lalu, jadi enggak heran kalau pemerintahan Presiden Jokowi yang cuci piring kotornya,” ungkapnya.

Aktivis Pergerakan ini menganggap pemerintahan masa lalu gagal dalam mengelola BUMN, sehingga menyebabkan penumpukan utang di perusahaan-perusahaan plat merah. Seperti membengkaknya utang di PT Waskita Karya, PT Perkebunan Negara (PTPN), PT Krakatau Steel (KS) dsbnya.

“Coba kita lihat banyaknya utang Waskita Karya, PTPN atau KS hingga triliunan itu sejak tahun berapa menumpuk utangnya? Bahkan ironisnya lagi BUMN byk yg mengalami kerugiaan. Makanya perlu kita lihat sejak kapan bumn-bumn rugi dan menumpuknya utang. Jadi jangan terburu-buru menyimpulkan atau menyalahkan pemerintahan sekarang yang sedang membenahinya,” tegas Akhrom.

Selain itu Akhrom juga menerangkan bahwa utang Krakatau Steel yang sejak tahun 2012 yang lalu kini telah dibenahi hingga perusahaan baja milik negara tersebut dapat mengurangi utang-utangnya.

“Kalau ditanya bagaimana KS tentu saya menjawab paling tidak di tangan Silmy Karim KS dapat mengurangi utangnya, kedua KS mendapatkan keuntungan yang sejak lama enggak dapat untung,” ujarnya.

Menurut Akhrom, KS di tangan Direktur Utamanya Silmy Karim mendapatkan keuntungan yang sejak lama mengalami kerugian. Ini artinya sebut dia, Direksi yang sekarang masuk dalam kategori berhasil membenahi secara berlahan.

“Ketiga sejarah mencatat kini KS telah memiliki Pabrik Baja terbesar setelah Amerika Serikat yang kemarin diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Paling tidak itu, Silmy sudah berupaya membenahi KS dengan warisan masa lalunya,” jelasnya.

Pria yang biasa dipanggil Doni ini menyatakan oleh karena itu, berikanlah kesempatan pemerintahan sekarang untuk membenahi BUMN-BUMN yang sakit.

“Kita juga enggak mau selalu menyalahkan pemerintahan dimasa lalu. Yang paling penting sekarang kita bergotongroyong untuk memperbaiki perekonomian negara ini,” pungkasnya. (RED | RED)