Tutup Iklan
Berita

10 Persen Wali Murid Tidak Izinkan Anaknya ke Sekolah, Pendidik Tangsel: Khawatir Terpapar Covid-19

68
×

10 Persen Wali Murid Tidak Izinkan Anaknya ke Sekolah, Pendidik Tangsel: Khawatir Terpapar Covid-19

Sebarkan artikel ini

BERITA, TANGSEL – Digelarnya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terdapat 10 hingga 15 persen wali murid tak izinkan anaknya mengikuti gelaran perdana (PTM) di sekolah tersebut

Hal itu dikatakan Wakil Kepala SMP Negeri 8 bidang Kurikulum Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Indrasari Paramita, menuturkan Dari total siswa 851 orang, pihak SMP Negeri 8 membagi dua dalam PTM, Senin 6 September 2021.

Berita Ini Di Sponsorin Oleh :
Scroll Ke Bawah Untuk Lihat Konten

“Total siswa 851 orang. Intinya PTM itu dibuka hanya 50 persen. Mungkin 10 sampai 15 persen orang tua yang tidak mengizinkan anaknya masuk sekolah, dengan alasan kekhawatiran terjadinya paparan Covid-19, sehingga mereka tetap melakukan pembelajaran dari rumah via daring. Walaupun ada tatap muka, tapi separuhnya tetap ada yang daring,” kata Indrasari Paramita kepada wartawan.

Untuk yang daring, ada lembar kerja nanti penjelasannya disaat mereka jadwal masuk. Tapi saat pemberian tugas lembar kerja, nanti siang setelah teman-teman mengajar. Para guru mengajar akan menggunakan recorder voice, sehingga pada saat setelah mengajar, rekaman mereka itu akan diberikan kepada kelompok belajar daring,” tambah Indrasari.

Sementara itu dengan yang terjadi di SMP Negeri 9 Kota Tangsel. Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan Yadi Setiadi menuturkan, para siswa yang mendapatkan giliran PTM sangat antusias mengikuti gelaran perdana tersebut. Bahkan, para siswa telah mengetahui dan mengikuti petunjuk protokol kesehatan (Prokes) yang disosialisasikan pihak sekolah.

“Yang pertama sangat antusias sekali menyambut baik, dari pihak sekolah, terutama kepala sekolah dan para ibu guru dan juga siswa. Alhamdulillah kita lihat, keadaan evaluasi pada pagi hari ini begitu antusias anak anak hadir kesekolah, tepat waktu dan tentunya juga protokol kesehatan (Prokes),” kata Yadi Setiadi.

Menurut Yadi, para murid telah merasakan kejenuhan saat belajar secara daring. Bahkan, tegasnya, beberapa kekhawatiran akan hilangnya materi saat pembelajaran jarak jauh (PJJ) sangat menjadi perhatian para tenaga pendidik di SMP Negeri 9 tersebut.

“Ya harapannya mudah-mudahan bisa berjalan dengan baik ya. Pihak sekolah bisa full segera, mungkin PTM itu difullkan 100 persen. Tentu dengan covid-19 ini sudah reda bahkan sudah zona hijau tentunya,” ungkap Yadi.

Karena mereka (peserta didik) merasa kebosanan, kejenuhan dirumah ketika online itu. Dan paling mengkhawatirkan itu, malah anak lebih banyak main gamenya, nah itu yang merusak karakter anak-anak,” tambah Yadi.

Yadi menyatakan, PJJ akan banyak berdampak negatif kepada siswa, mulai dari jam belajar hingga istirahat saat dirumah. Pasalnya, berubahnya pola belajar mempengaruhi karakter peserta didik, bahkan perubahan tersebut akan mengarah kepada hal negatif.

“Orang tua dan juga pihak sekolah berpendapat, kalau PJJ terus-menerus, berkelamaan, akan berakibat buruk. Banyak hal yang dialami ketika PJJ ini. Mudah-mudahan harapannya, Covid-19 ini segera selesai, dan betul betul bisa zona hijau supaya full 100 persen bisa hadir semua, sehingga nanti permasalahan-permasalahan anak ini dapat teratasi,” ujar Yadi. (BJS | RED)