Oleh: Rinda Fitriani, SST, M.Stat
(Statistisi di BPS Kota Blitar)
Bung Karno, Presiden pertama sekaligus Founding Father Republik Indonesia, berasal dari Blitar. Ketokohannya di akui tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di kancah internasional melalui gagasan dan warisan intelektualnya. Dalam salah satu pidatonya, Bung Karno pernah mengatakan bahwa “urusan pangan adalah hidup matinya sebuah bangsa”. Ungkapan ini menekankan pentingnya ketahanan pangan sebagai kunci stabilitas nasional. Bung Karno juga memperkenalkan istilah Petani sebagai akronim dari Penjaga Tatanan Negara Indonesia, yang menggarisbawahi peran vital sektor pertanian dalam menjaga ketahanan nasional.
Kota Blitar, yang di kenal sebagai Bumi Bung Karno, memiliki luas wilayah 32,57 Km2. Meskipun merupakan wilayah perkotaan, sektor pertanian tetap memainkan peran penting. Walaupun bukan kontributor utama perekonomian Kota Blitar, sektor ini terbukti tangguh, terutama selama pandemi Covid-19. Ketika banyak sektor mengalami penurunan, pertanian justru menunjukkan pertumbuhan positif. Menurut data BPS Kota Blitar, lapangan usaha pertanian tumbuh 0,17 persen pada tahun 2020 dan 1,8 persen pada tahun 2021, menunjukkan daya tahan yang luar biasa di tengah krisis.
Tidak hanya dalam hal pertumbuhan ekonomi, sektor pertanian di Kota Blitar juga penting dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2023, sebanyak 9,15 persen penduduk Kota Blitar bekerja di sektor pertanian, naik sebesar 3,31 persen poin di bandingkan Agustus 2022 yang hanya 5,84 persen. Peningkatan ini menunjukkan bahwa sektor pertanian tetap menjadi salah satu pilar penting dalam perekonomian lokal, terutama dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan.
Pada tahun 2023, BPS Kota Blitar melaksanakan Sensus Pertanian (ST2023) yang mencatat jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) sebanyak 5.106, naik 3,40 persen di bandingkan dengan hasil ST2013 yang berjumlah 4.938 rumah tangga. Data ini mencerminkan pertumbuhan yang signifikan dalam jumlah rumah tangga yang terlibat dalam usaha pertanian. Selain itu, jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) tercatat sebanyak 5.244 unit, dengan mayoritas usaha berada di subsektor peternakan (61,98%), tanaman pangan (37,72%), dan hortikultura (28,39%).
Namun, tantangan besar menghadang keberlanjutan sektor pertanian di Kota Blitar. Salah satu isu utama adalah rendahnya minat generasi muda untuk menjadi petani. Hasil ST2023 menunjukkan bahwa kurang dari 1 persen pengelola pertanian berusia di bawah 25 tahun, sementara mayoritas pengelola UTP berusia di atas 45 tahun. Tanpa adanya regenerasi, masa depan pertanian bisa terancam, mengingat pentingnya sektor ini dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Selain itu, penyusutan lahan pertanian menjadi masalah serius. Data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Blitar menunjukkan luas baku lahan sawah pada tahun 2023 hanya sebesar 988 hektare, turun dari 1.026 hektare pada tahun 2022. Penyusutan lahan ini berdampak pada meningkatnya jumlah petani gurem, yaitu petani dengan lahan garapan kurang dari setengah hektare. Hasil ST2023 menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen UTP di Kota Blitar adalah petani gurem, yang tentunya memerlukan perhatian khusus untuk mempertahankan produktivitas pertanian.
Salah satu solusi yang sedang berkembang adalah urban farming, atau budidaya pertanian di lahan terbatas menggunakan teknologi seperti hidroponik, aquaponik, dan vertikultur. Namun, hasil ST2023 menunjukkan bahwa hanya terdapat 27 unit UTP urban farming di Kota Blitar. Ini menunjukkan bahwa potensi urban farming masih belum dimanfaatkan secara maksimal, padahal metode ini bisa menjadi alternatif untuk mengatasi keterbatasan lahan dan menarik minat generasi muda.
Pemerintah perlu berperan aktif dalam mendukung sektor pertanian dengan meningkatkan kompetensi petani melalui pelatihan dan penerapan teknologi pertanian modern. Dukungan terhadap generasi muda untuk berpartisipasi dalam sektor ini juga sangat penting. Dengan dorongan yang tepat, generasi muda dapat menjadi penggerak utama dalam regenerasi petani di Kota Blitar, memastikan bahwa sektor ini tetap vital di masa depan.
Untuk mengembangkan kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan petani, diperlukan data yang lengkap, valid, dan akurat. Saat ini, Badan Pusat Statistik sedang menyelenggarakan Survei Ekonomi Pertanian (SEP) 2024, yang merupakan kelanjutan dari ST2023. SEP 2024 bertujuan untuk mengumpulkan data ekonomi unit usaha pertanian, termasuk pendapatan, pengeluaran, struktur ongkos, serta indikator kesejahteraan. Partisipasi aktif dari pelaku usaha pertanian dalam survei ini sangat diharapkan untuk mendapatkan gambaran yang akurat mengenai kondisi sektor pertanian di Indonesia. Dukungan terhadap SEP 2024 sangat penting untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani di masa depan.