Bukan aparat. Bukan lembaga pemerintah. Di balik bersihnya jalan dari ranjau paku di sejumlah ruas ibu kota, justru berdiri sekelompok warga biasa yang berseragam rompi reflektif, membawa magnet bundar dan besi panjang. Mereka menyusuri jalan raya Jakarta setiap pagi dan sore, menarik benda-benda tajam yang membahayakan keselamatan pengguna jalan.
Aksi ini tidak lagi menjadi rahasia warga, tapi kini bahkan menarik perhatian media asing. Dalam laporan Associated Press yang dimuat oleh Al Arabiya English pada Kamis (26/6), relawan dari komunitas Sapu Bersih (Saber) diberitakan tengah beraksi di tengah lalu lintas Jakarta, menyisir jalan sejauh setengah kilometer dan mengumpulkan paku, baut, hingga potongan rangka payung.
Dari Frustrasi, Lahir Aksi Nyata
Komunitas ini dibentuk oleh Siswanto, warga Jakarta Barat yang mulai membersihkan jalan sejak 2010. Ia tak sendiri—semakin banyak warga ikut serta setelah mengalami langsung efek jebakan paku: ban bocor mendadak, kecelakaan, hingga ongkos tambal ban yang tak murah. “Dari 2010 sampai 2016, kami sudah kumpulkan 4 ton ranjau paku,” ujar Siswanto dalam laporan AP.
Kini, aksi bersih ranjau menjadi rutinitas. Setiap pagi, para relawan mengumpulkan hingga 250 gram logam tajam dari lokasi berbeda.
Jalanan Masih Tak Aman
Jakarta bukan kota yang ramah bagi pengendara roda dua. Potongan logam tersembunyi sering menyebabkan ban bocor. Yoga Fajri Pratama, tukang tambal ban, menyebutkan bahwa jebakan paku sangat merugikan, khususnya bagi ban tubeless. “Kalau kecil bisa ditambal, kalau besar ya harus ganti,” katanya kepada AP.
Bentuk jebakan pun bervariasi. Tidak hanya paku, tapi juga potongan logam tajam dari benda-benda tak lazim—termasuk kerangka payung yang dipotong-potong.
Tak sedikit pula warga yang curiga ranjau ini disebar secara sengaja. Salah satunya Pandu Dewanata (29), pengemudi ojek daring. “Saya pernah kena ranjau tiga kali dalam setahun. Yang aneh, tiap kali kena, selalu ada tambal ban tidak jauh dari lokasi,” ujarnya penuh curiga.
Apresiasi Ada, Tapi Aksi Pemerintah Minim
Kepala Lalu Lintas Jakarta, Komarudin, memang mengapresiasi langkah komunitas Saber. Namun sampai hari ini, belum ada tindakan sistematis dari aparat untuk mengusut tuntas pelaku penyebaran paku atau mencegahnya terjadi kembali.
Menurut Komarudin, ada kemungkinan logam tajam itu digunakan untuk memaksa pengendara menepi, membuka peluang terjadinya tindak kejahatan seperti perampokan.
“Rasanya Sudah Cukup, Tapi Selalu Ada Lagi”
Salah satu relawan yang vokal adalah Dian Anggraeni (33), sopir taksi yang dulunya mengemudi motor. Ia pernah mengalami ban bocor tiga kali dalam satu hari. Sejak bergabung dengan Saber pada 2018, ia rutin turun ke jalan.
“Saya pikir sudah selesai menyapu. Tapi hanya lima atau sepuluh menit kemudian, paku muncul lagi. Rasanya enggak ada habisnya,” ujar Dian dalam laporan AP.
Kegigihan para relawan ini, sayangnya, belum sepenuhnya ditopang oleh negara. Ketika warga sudah bergerak dan bahkan disorot media internasional, ke mana sebenarnya perhatian pemerintah?
Aksi Tanpa Lelah Relawan Ranjau Paku Jakarta, Disorot Media Internasional
×
Aksi Tanpa Lelah Relawan Ranjau Paku Jakarta, Disorot Media Internasional
Sebarkan artikel ini
