LUMAJANG, Beritaraya.id – Harga tebu pada musim terbang 2023 yang tinggi di tunjang redemen dari pengaruh iklim yang bersahabat dengan petani tebu, bila di lihat sekilas para petani tebu mendapatkan hasil penen menguntungkan namun anggapan itu justru terbalik hal ini disampaikan Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Lumajang Jawa Timur H. Didik Purwanto,
H. Didik menjelaskan penyebab dari tanaman produksi menurun akibat terserang penyakit hingga pendapatan petani mengalami penurunan 40 persen hingga 50 persen dan penyakit yang paling kronis di wilayah Lumajang selatan dari Kecamatan Candipuro, Pasirian, Tempeh, Sumbersuko, Kunir dan Yosowilangun hama gayes .
“Logika dengan harga tebu yang mahal petani pendapatannya meningkat, namu pada kenyataannya bersama teman-teman yang lain. Contoh saya saja penghasilan turun lebih 40 persen sampai hampir 50 persen”, Rabu (18/10/2023).
Petani tebu yang tidak mendapatkan program pupuk subsidi dengan harga yang mahal menjadikan hambatan untuk memperoleh hasil yang lebih. Bila pemerintah menjadikan gula sebagai swasembada tentulah perhatian meringankan pembalikan pupuk lewat subsidinya.
Perhatian pemerintah terhadap petani tebu di tengarai kurang seperti peningkatan SDM dengan cara penyuluhan sekolah lapang, selama ini petani terlihat tanpa ada pengayoman dan perlindungan untuk menyampaikan keresahan yang dihadapi bila dalam merawat tanaman menemui kendala.
“Petani tebu sampai saat ini merawat dengan kemampuan sendiri yang tidak didasarkan kemampuan dan pengetahuan bertani yang baik dan benar”, ucap pria yang akrab disapa bang haji Didik.
Bang haji Didik meminta kepada pemerintah pusat hingga hilir dan para pemegang kepentingan memperhatikan dan membimbing petani tebu, jika berkeinginan progam yang digadang-gadangkan menjadi wujud kenyataan. “Ajaklah kami dan bimbingkan untuk meningkatkan produksi pertanian tebu agar kesejahteraan masyarakat petani seperti yang diharapkan selama ini”, pungkasnya. (Emon).