Tutup Iklan
Kolom & Opini

Pemilu 2024, Masihkah Ada Ruang Kekuasaan Untuk Kaum Jelata?

63
×

Pemilu 2024, Masihkah Ada Ruang Kekuasaan Untuk Kaum Jelata?

Sebarkan artikel ini
Pemilu 2024, Masihkah Ada Ruang Kekuasaan Untuk Kaum Jelata?

Nusa Tenggara Barat – Politik menjadi penentu arah angin nasib perubahan sebuah bangsa dan negara.

Rakyat banyak pada umumnya telah memahami itu namun keengganan untuk memastikan politik menjadi sebuah alat penting lahirnya perubahan mulai pudar karena kontestasi politik yang selama ini terjadi tidak menghasilkan perubahan yang gemilang.

Berita Ini Di Sponsorin Oleh :
Scroll Ke Bawah Untuk Lihat Konten

Sikap apatis pada akhirnya muncul terutama sekali di kalangan menengah ke bawah yang selalu nyaris kehilangan kepercayaan kepada kaum politisi.

Kontestasi politik saat adalah sekedar kontestasi tempat bantuan sesaat sarat kepentingan bertaburan. Bukan menitik beratkan pada sejauh mana bantuan yang akan diterima sampai ke depan.

Kaum proletar, kelas sosial lapisan bawah menjadi objek penting untuk dijadikan lumbung suara kekuatan politik dengan pendekatan bantuan materi yang hanya sesaat.

Dan kalangan proletar selalu tidak dapat tampil sebagai pemenang karena tidak memiliki biaya untuk terlibat langsung bertarung dalam kontestasi politik.

Dan kalangan ini pun tidak sepenuhnya menjadi konstituen kekuatan Politik yang berdaulat padahal ialah yang melahirkan kekuasaan itu sendiri, sebab kaum inilah pemilih terbesar.

Dalam kondisi krisis komitmen adalah selalu penting sebuah kesadaran politik lahir dan terjaga dalam alam pikir segenap kalangan rakyat jelata, oleh karena ketidaksejahteraan yang menjadi soal bersama, komitmen dari kalangan politisi harus selalu dipertegas.

Ruang anggaran tahunan politik selalu memungkinkan untuk melahirkan kebijakan yang pro terhadap konstituen, melalui pembinaan konstituen yang konsisten sekiranya dapat menjadikan bahwa politik memiliki dampak kesejahteraan bagi kalangan jelata.

Segala rumusan kepentingan kaum Jelata haruslah menjadi fokus utama kebijakan pemerintahan untuk sebuah perubahan dan jaminan hidup yang layak.

Buruh, Tani, Dagang, dan Para pengangguran memilik ruang strategis revolusi jika kesadaran politik lahir.

Memiliki wakil dari orang sekalangan haruslah menjadi prioritas utama. Bukan merapatkan diri kepada kalangan borjuasi, orang kaya mapan yang memilik model pendekatan politik bantuan sesaat dan berbisnis untuk diri sendiri di dunia politik.

Setidaknya wakil rakyat itu ialah orang yang pernah merasakan penderitaan rakyat yang mereka wakili.

Penulis Wahyu Azis Faradi
Pegiat Literasi Budaya